Sabtu petang itu, bisa dikatakan akhir dari cerita indah Jembatan yang sering dianggap menyerupai Golden Gate yang berada di San Fransisco, Amerika Serikat. Ya, Jembatan Kutai Kartanegara (Kukar) yang merentang panjang sejauh 710 meter di atas aliran Sungai Mahakam, Sabtu (26/11) kemarin ambruk.

Jembatan yang berjuluk ‘Golden Gate’ Kalimantan itu kini tinggal cerita. Jembatan yang dulu menjadi salah satu objek wisata yang banyak dikunjungi, kini berubah menjadi tumpukan besi yang menenggelamkan banyak orang dan kendaraan yang saat itu tengah melintas di atas.

Jembatan ini berumur 10 tahun, sejak dibangun pada tahun 2001. Dengan usianya yang relatif masih muda, bencana robohnya Jembatan Kukar mengundang berbagai pertanyaan sinis mulai dari kelalaian hingga dugaan dana pembangunan jembatan tersebut dikorupsi.

Dengan usia 10 tahun, rasanya terlalu cepat untuk suatu bangunan bisa roboh. Muncul kemudian pertanyaan, apakah konstruksi dan spesifikasi bahan yang digunakan untuk membangun jembatan tersebut sudah sesuai dengan yang selayaknya? Apakah anggaran dana yang digunakan untuk membangun jembatan tersebut memang benar digunakan seluruhnya untuk membiayai pembangunan tersebut ataukah ditilap oleh pihak-pihak tertentu sehingga spesifiksi bahan yang digunakan tidak sesuai dengan perencanaan?

Terlepas dari kemungkinan adanya korupsi atau tidak pada saat pembangunan jembatan tersebut, yang perlu digaris bawahi bila perlu dicetak tebal, yakni kontur tanah di Kalimantan Timur yang pada umumnya labil. Lantaran labil, jalanan di Kaltim sering kali mengalami kerusakan. Oleh sebab itu, adanya kesalahan prosedur konstruksi terbuka lebar untuk diteliti lebih jauh kemungkinannya.

Selain itu, bila faktor tanah labil itulah yang menjadi penyabab runtuhnya jembatan Kukar, maka seharusnya pemerintah segera melakukan pemeriksaan terhadap jembatan-jembatan lain. Terutama jembatan Mahakam Ulu – Samarinda seberang yang digunakan sejak 1986 karena dari penampilannya saja sudah sangat mengkhawatirkan.

Tiap harinya di jembatan tersebut kendaraan hampir selalu merayap karena sangat padat. Terkadang polisi memberlakukan buka tutup untuk memperlancar arus kendaraan.

Perlu ada keseriusan dari Pemerintah khususnya Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dan pihak-pihak yang terkait untuk menemukan penyebab ambruknya Jembatan Kukar. Selain itu, perlu juga mulai saat ini, dilakukan pengecekan ulang di setiap Jembatan yang masih ada.