Baru-baru ini ada seseorang yang nampaknya anggota atau mungkin simpatisan dari Hizbut Tahrir berkomentar di status facebookku. Berawal dari statusku tentang betapa banyaknya orang non muslim yang mencela Nabi Muhammad, orang sunni dan salafy yang mencela Ulama-ulama Syi’ah, orang Syi’ah yang mencela sahabat Nabi.

Ia berkomentar bahwa sunni, syi’ah, salafy, wahabi, dll itu pada zaman Nabi dulu tidak ada. Pada zaman Kekhilafahan Islam pun tidak ada. Semua itu muncul saat khilafah Islam sudah runtuh.

Perbincangan pun akhirnya mengarah pada pencelaan yang dilakukan oleh orang-orang syi’ah kepada Sahabat Nabi. Menurutnya, syi’ah itu mengajarkan mencela sahabat Nabi. Menurutku, Syi’ah tidak mengajarkan mencela sahabat Nabi, hanya mengkritik sahabat Nabi dan menampilkan sejarah apa adanya. Adapun orang-orang syi’ah yang mencela sahabat Nabi, menurutku, itu hanya oknum saja.

Lalu ia mengutip pendapat Imam Malik soal mencela sahabat Nabi.

االامام مالك

روى الخلال عن ابى بكر المروزى قال : سمعت أبا عبد الله يقول :

قال مالك : الذى يشتم اصحاب النبى صلى الله عليه وسلم

ليس لهم اسم او قال نصيب فى الاسلام.

( الخلال / السن: ۲،٥٥٧ )

Al Khalal meriwayatkan dari Abu Bakar Al Marwazi, katanya : Saya mendengar Abu Abdulloh berkata, bahwa Imam Malik berkata : “Orang yang mencela sahabat-sahabat Nabi, maka ia tidak termasuk dalam golongan Islam”( Al Khalal / As Sunnah, 2-557 )

Ia berargumen dengan pendapat Imam malik bahwa mencela sahabat Nabi itu termasuk orang-orang di luar Islam, dalam artian lain “MURTAD”.

Saya mengatakan bahwa Jika kita mengikuti pendapat imam malik, maka orang yang keluar dari islam adalah sahabat Nabi, karena mereka tidak hanya mencaci maki, tetapi saling bunuh membunuh diantara mereka.

Banyak sejarah yang menceritakan hal itu kepada kita semua, bahwa diantara sahabat Nabi tidak hanya terjadi saling mencela tetapi juga sampai pada saling bunuh membunuh. Misalnya perang shiffin, perang jamal, pembunuhan Utsman bin Affan.

Dan berbicara soal khilafah, saya pun mengajukan pertanyaan kepadanya mengenai status Muawiyah bin Abu Sufyan. Apakah dia seorang yang diakui sebagai khalifah Islam? Sebetulnya saya sudah tau jawabannya, tetapi hanya ingin memastikan saja. Tetapi nampaknya dia tidak ingin menjawab pertanyaan saya tersebut.

FYI, Muawiyah bin Abu Sufyan diyakini oleh saudara-saudara kita dari Hizbut Tahrir sebagai khalifah Islam. Tetapi jika kita membaca lagi kitab2 sejarah, Muawiyah adalah salah satu khalifah yang telah mencela Ali bin Abi Thalib yang dalam hal ini merupakan seorang sahabat Nabi.

Dalam kitab Shahih Muslim Tahqiq Muhammad Fuad Abdul Baqi 4/1870 no 2404 diriwayatkan dari Saad bin Abi Waqqash

أمر معاوية بن أبي سفيان سعدا فقال ما منعك أن تسب أبا التراب ؟ فقال أما ذكرت ثلاثا قالهن له رسول الله صلى الله عليه و سلم فلن أسبه لأن تكون لي واحدة منهن أحب إلي من حمر النعم سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول له خلفه في بعض مغازيه فقال له علي يا رسول الله خلفتني مع النساء والصبيان ؟ فقال له رسول الله صلى الله عليه و سلم أما ترضى أن تكون مني بمنزلة هارون من موسى إلا أنه لا نبوة بعدي وسمعته يقول يوم خيبر لأعطين الراية رجلا يحب الله ورسوله ويحبه الله ورسوله قال فتطاولنا لها فقال ادعوا لي عليا فأتى به أرمد فبصق في عينه ودفع الراية إليه ففتح الله عليه ولما نزلت هذه الآية فقل تعالوا ندع أبناءنا وأبنائكم [ 3 / آل عمران / 61 ] دعا رسول الله صلى الله عليه و سلم عليا وفاطمة وحسنا وحسينا فقال اللهم هؤلاء أهلي

Muawiyah bin Abi Sufyan memerintah Sa’ad, lalu berkata “Apa yang menghalangimu untuk mencaci Abu Turab”?. Sa’ad berkata “Selama aku masih mengingat tiga hal yang dikatakan oleh Rasulullah SAW aku tidak akan mencacinya yang jika aku memiliki salah satu saja darinya maka itu lebih aku sukai dari segala macam kebaikan. Rasulullah SAW telah menunjuknya sebagai Pengganti Beliau dalam salah satu perang, kemudian Ali berkata kepada Beliau “Wahai Rasulullah SAW engkau telah meninggalkanku bersama perempuan dan anak-anak?” Maka Rasulullah SAW berkata kepadanya Tidakkah kamu ridha bahwa kedudukanmu disisiku sama seperti kedudukan Harun disisi Musa, hanya saja tidak ada Nabi setelahku. Aku mendengar Rasulullah SAW berkata di Khaibar “Sungguh Aku akan memberikan panji ini pada orang yang mencintai Allah dan RasulNya serta dicintai Allah dan RasulNya. Maka kami semua berharap untuk mendapatkannya. Lalu Beliau berkata “Panggilkan Ali untukku”. Lalu Ali datang dengan matanya yang sakit, kemudian Beliau meludahi kedua matanya dan memberikan panji kepadanya. Dan ketika turun ayat “Maka katakanlah : Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kalian”(Ali Imran ayat 61), Rasulullah SAW memanggil Ali, Fathimah, Hasan dan Husain dan berkata “Ya Allah merekalah keluargaku”.

Riwayat Sunan Ibnu Majah
Dalam Sunan Ibnu Majah Tahqiq Muhammad Fuad Abdul Baqi 1/45 no 121 terdapat hadis riwayat Sa’ad berikut

حدثنا علي بن محمد . حدثنا أبو معاوية . حدثنا موسى بن مسلم عن ابن سابط وهو عبد الرحمن عن سعد بن أبي وقاص قال قدم معاوية في بعض حجاته فدخل عليه سعد فذكروا عليا . فنال منه . فغضب سعد وقال تقول هذا لرجل سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول ( من كنت مولاه فعلي مولاه ) وسمعته يقول ( أنت مني بمنزلة هارون من موسى إلا أنه لا نبي بعدي ) وسمعته يقول ( لأعطين الرأية اليوم رجلا يحب الله ورسوله ) ؟

Ali bin Muhammad menceritakan kepada kami yang berkata Abu Muawiyah menceritakan kepada kami yang berkata Musa bin Muslim menceritakan kepada kami dari Ibnu Sabith dan dia adalah Abdurrahman dari Sa’ad bin Abi Waqash yang berkata ”Ketika Muawiyah malaksanakan ibadah haji maka Saad datang menemuinya. Mereka kemudian membicarakan Ali lalu Muawiyah mencelanya. Mendengar hal ini maka Sa’ad menjadi marah dan berkata ”kamu berkata seperti ini pada seseorang dimana aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda ”barangsiapa yang Aku adalah mawlanya maka Ali adalah mawlanya”. Dan aku juga mendengar Rasulullah SAW berkata kepada Ali ”Kamu disisiKu sama seperti kedudukan Harun disisi Musa hanya saja tidak ada Nabi setelahKu”. Dan aku juga mendengar Rasulullah SAW berkata kepada Ali ”Sungguh akan Aku berikan panji hari ini pada orang yang mencintai Allah dan RasulNya”.

Hadis ini telah dinyatakan Shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah no 98. Hadis di atas adalah bukti yang paling kuat kalau Muawiyah memang telah mencela Imam Ali. Al Hafiz Muhammad bin Abdul Hadis As Sindi dalam Syarh Sunan Ibnu Majah no 118 telah menunjukkan dengan kata-kata yang jelas dalam komentarnya tentang hadis ini ”bahwa Muawiyah telah mencaci Imam Ali bahkan memerintahkan Sa’ad untuk mencaci Imam Ali sebagaimana yang disebutkan oleh Muslim dan Tirmidzi”.

Jika kita mengikuti pendapat Imam Malik bahwa yang mencela sahabat Nabi itu maka termasuk di luar Islam atau murtad, maka sebetulnya Muawiyah yang notabene khalifah Islam itu sudah murtad. bukan begitu?