Pernah ada seseorang yang jenggotan, berbaju dekil, bercelana cingkrang berdiskusi dengan saya soal sunni dan syi’ah. Dia menganggap saya ini seorang syi’ah, sehingga mengajakku diskusi mengenai perbedaan sunni dan syi’ah. Diskusi kami awalnya berjalan dengan santun dan ilmiah, tetapi lama kelamaan, ia mulai menunjukkan sifat aslinya. Kata-kata sesat bahkan kafir pun mulai berani ia keluarkan.

Berawal dari tuduhan Ahlulsunnah bahwa syi’ah memiliki syahadat yang berbeda dengan Ahlulsunnah. Jika Ahlulsunnah hanya ada dua kalimat syahadat, Syi’ah memiliki tiga kalimat syahadat. Disamping “Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah, dan Ali adalah Wali Allah.”

Kawan diskusi saya tadi menganggap bahwa Syi’ah ini sudah sesat bahkan di luar Islam karena bersyahadat dengan syahadat yang berbeda dari Mayoritas umat Islam.

Terlepas dari benar atau tidaknya tuduhan tersebut, saya ingin menyajikan beberapa riwayat mengenai syahadat yang ada di dalam kitab-kitab hadits di kalangan Ahlulsunnah.

Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:

Rasulullah saw. dan Muaz bin Jabal berboncengan di atas tunggangan. Rasulullah saw. bersabda: Hai Muaz. Muaz menyahut: Ya, wahai utusan Allah, aku siap menerima perintah. Rasulullah saw. memanggil lagi: Hai Muaz. Muaz menjawab: Ya, wahai utusan Allah, aku siap menerima perintah. Sekali lagi Rasulullah saw. memanggil: Hai Muaz. Muaz menjawab: Ya, wahai utusan Allah, aku siap menerima perintah. Rasulullah saw. bersabda: Setiap hamba yang bersaksi bahwa: Tiada Tuhan selain Allahdanbahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya , maka Allah mengharamkan api neraka atasnya. Muaz berkata: Wahai Rasulullah, bolehkah aku memberitahukan hal ini kepada orang banyak agar mereka merasa senang? Rasulullah saw. bersabda: Kalau engkau kabarkan, mereka akan menjadikannya sebagai andalan. (Shahih Muslim Ringkasan Shahih Muslim No.47)

Dari riwayat diatas dapat kita ketahui bahwa persaksian (syahadat) yang disebutkan oleh Nabi hanya dua, yaitu bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Utusan Allah. Lalu apakah boleh kita mempersaksikan yang lain atau kita bersaksi bahwa Nabi Isa adalah hamba Allah, misalnya? Bisa jadi bagi sebagian umat Islam, menambahkan kalimat persaksian (syahadat) merupakan perbuatan yang menyimpang bahkan orang tersebut bisa dihukumi telah keluar dari Islam.

Padahal jika kita mau jeli dan komprehensif dalam mempelajari agama Islam ini, kita diperbolehkan untuk menambahkan kalimat persaksian kita selain persaksian kepada Allah dan kerasulan Muhammad. Benarkah? Berikut ini adalah hadits yang mencontohkan bagaimana Nabi pernah menambahkan kalimat syahadat menjadi beberapa kalimat, bukan hanya dua kalimat saja.

Hadis riwayat Ubadah bin Shamit ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa mengucapkan: Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya dan bersaksi bahwaNabi Isa as. adalah hamba Allah dan anak hamba-Nya, serta kalimat-Nya yang dibacakan kepada Maryam dan dengan tiupan roh-Nya, bahwa surga itu benar dan bahwa neraka itu benar, maka Allah akan memasukkannya melalui pintu dari delapan pintu surga mana saja yang ia inginkan. (Shahih Muslim Ringkasan Shahih Muslim, No.41)