Lagi-lagi saya tertarik untuk menanggapi tulisan yang ada di blog kerajaan agama. Dengan gaya yang sok meyakinkan, ia berusaha membius para pembaca atas kengawurannya dalam berpikir. Tentu kengawuran berpikirnya, ia tutupi dengan berbagai macam referensi.

Dalam tulisannya yang berjudul “(Astaghfirullah) Mu’awiyah bin Abi Sufyan dikatakan murtad oleh “Ressay”, ia mengkritik tulisan saya yang berjudul “Khalifah Islam yang Bernama Muawiyah Ternyata Murtad?

Pertama, saya tidak memvonis Muawiyah itu murtad. Saya menggunakan tanda tanya dalam judul tulisan saya. Jadi saya harap, para pembaca bisa jeli memahami kalimat yang disertai dengan tanda tanya.

Kedua, saya tidak menganggap bahwa Muawiyah itu bukan sahabat Nabi dalam tulisan saya diatas. Jika memang saya menganggap bahwa Muawiyah itu bukan sahabat Nabi, tolong tunjukkan dimana letak tulisan saya tersebut.

Hal ini saya tegaskan karena saudara kita pemilik blog kerajaan agama itu berkata:

Sebenarnya, terjadi salah kaprah dalam hal ini, itu semua dijadikan bahan pembenaran oleh yang bersangkutan, karena pernah terjadi perselisihan antara Mu’awiyah bin Abi Sufyan dengan Ali bin Abi Thalib, maka sekonyong-konyong yang bersangkutan berkesimpulan begitu, ia hanya melihat bahwa Ali ra lah sahabat, sedangkan Mu’awiyah bukan? Padahal Mu’awiyah adalah juga sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam

Jadi, jangan berdusta donk… 😀

Ketiga, sebetulnya tulisan saya mengenai Muawiyah itu simple saja. Saya berangkat dari pendapat Imam Malik:

Al Khalal meriwayatkan dari Abu Bakar Al Marwazi, katanya : Saya mendengar Abu Abdulloh berkata, bahwa Imam Malik berkata : ORANG yang mencela sahabat-sahabat Nabi, maka ia tidak termasuk dalam golongan Islam” ( Al Khalal / As Sunnah, 2-557 )

Jadi, orang yang mencela sahabat Nabi, siapapun orang itu, maka ia tidak termasuk dalam golongan Islam.

Lalu saya mengutipkan riwayat tentang Muawiyah yang mencela Ali bin Abi Thalib as:

Ali bin Muhammad menceritakan kepada kami yang berkata Abu Muawiyah menceritakan kepada kami yang berkata Musa bin Muslim menceritakan kepada kami dari Ibnu Sabith dan dia adalah Abdurrahman dari Sa’ad bin Abi Waqash yang berkata ”Ketika Muawiyah malaksanakan ibadah haji maka Saad datang menemuinya. Mereka kemudian membicarakan Ali lalu Muawiyah mencelanya. Mendengar hal ini maka Sa’ad menjadi marah dan berkata ”kamu berkata seperti ini pada seseorang dimana aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda ”barangsiapa yang Aku adalah mawlanya maka Ali adalah mawlanya”. Dan aku juga mendengar Rasulullah SAW berkata kepada Ali ”Kamu disisiKu sama seperti kedudukan Harun disisi Musa hanya saja tidak ada Nabi setelahKu”. Dan aku juga mendengar Rasulullah SAW berkata kepada Ali ”Sungguh akan Aku berikan panji hari ini pada orang yang mencintai Allah dan RasulNya”.

Hadis ini telah dinyatakan Shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah no 98. Hadis di atas adalah bukti yang paling kuat kalau Muawiyah memang telah mencela Imam Ali. Al Hafiz Muhammad bin Abdul Hadis As Sindi dalam Syarh Sunan Ibnu Majah no 118 telah menunjukkan dengan kata-kata yang jelas dalam komentarnya tentang hadis ini ”bahwa Muawiyah telah mencaci Imam Ali bahkan memerintahkan Sa’ad untuk mencaci Imam Ali sebagaimana yang disebutkan oleh Muslim dan Tirmidzi”.

Dari riwayat tersebut jelas sekali bahwa Muawiyah itu telah mencela Ali bin Abi Thalib. Nah, bukankah Muawiyah itu termasuk golongan ORANG? Kalau dia termasuk golongan ORANG, maka itu terikat dengan perkataan Imam Malik: (terlepas apakah Muawiyah itu sahabat Nabi atau bukan)

ORANG yang mencela sahabat-sahabat Nabi, maka ia tidak termasuk dalam golongan Islam” ( Al Khalal / As Sunnah, 2-557 )

Kecuali kalau pemilik blog kerajaan agama tersebut tidak menganggap bahwa Muawiyah itu termasuk golongan orang. (Golongan iblis, mungkin?)

Jadi, silogismenya begini nih:

Ali bin Abi Thalib adalah salah satu dari sahabat Nabi.

Siapa yang mencela sahabat Nabi (salah satunya Ali bin Abi Thalib), maka ia bukan termasuk golongan Islam.

Muawiyah mencela Ali (Salah satu sahabat Nabi).

Maka kesimpulannya Muawiyah bukan termasuk golongan Islam.

SIMPLE TOH? Hanya orang-orang yang tidak menggunakan potensi berpikirnya dengan baik yang tidak mampu memahami silogisme sesimple itu.

Keempat, dari tulisannya pemilik blog kerajaan agama tersebut Muawiyah bin Abi Sufyan itu termasuk sahabat Nabi. Berikut tulisannya:

Dari beberapa defisini sahabat di atas, maka jelas, bahwa Mu’awiyah bin Abi Sufyan adalah sahabat Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Jadi, Muawiyah termasuk sahabat Nabi.

Mari kita buat silogismenya:

Muawiyah adalah sahabat Nabi.

Muawiyah adalah orang yang mencela Ali bin Abi Thalib yang termasuk salah satu dari sekian banyak sahabat Nabi.

Yang mencela sahabat Nabi adalah orang-orang yang tidak termasuk dalam golongan Islam.

Jadi, Sahabat Nabi itu bukanlah golongan orang yang tidak bisa murtad, melainkan mereka hanyalah manusia biasa yang bisa saja berbuat salah, dosa, bahkan murtad dari agama Islam.

Gimana…gimana? Logis toh? hehe…:D

Jadi, saran saya kepada pemilik blog kerajaan agama, berhentilah Anda dari usaha yang sia-sia yang hanya akan menunjukkan kepada khalayak ramai betapa ngawurnya cara berpikir Anda yang dipenuhi dengan dogma-dogma tak logis.

Kelima, ia mengutipkan riwayat hadits mengenai keutamaan Muawiyah bin Abi Sufyan, yang saya ragu ia mengutip langsung dari kitabnya atau tidak:

Nabi Shallalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
“Ya Alloh, anugerahkanlah kepada Mu’awiyah ilmu al-Kitab (al-Qur`an) dan al-Hisab (ilmu hitung) serta jauhkanlah beliau dari adzab.” (HR Ahmad dan dishahihkan oleh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah : 3227).

Saya ingin menunjukkan pendapat beberapa ulama yang menganggap bahwa tidak ada satupun riwayat mengenai keutamaan Muawiyah, yang shahih.

Ibnu Jawzi menyebutkan pernyataan Ishaq bin Rahawaih sebagai bukti penguat bahwa tidak satupu hadis fadhâil Mu’awiyah yang shahih, setelah menyebutkan beberapa contoh hadis palsu buatan kaum munafikun yang memuji Mu’awiyah:

Dengan sanad bersambung kepada Ya’qub ibn Yusuf, ia berkata, “Aku mendengar Ishaq ibn Ibrahim al-Handhali (Ibnu Râhawaih) berkata:
لا يَصِحُّ عن النبي (ص) فِيْ فضلِ معاوية بن أبي سفيان شيْيٌْ.

“Tidak shahih sesuatu apapun dari Nabi saw. tentang keutamaan Mu’awiyah.”

Selain Ibnu Rahawaih, Ibnu Hajar juga berpendapat:

وقَد ورد في فضائل معاوية أحاديثُ كثيرةٌ لكن ليسَ فيها ما يَصِحُّ من طريق الإسناد، و بذلكَ جزمَ إسحاق بن راهويه و النسائي و غيرُهما.

“Dan telah datang banyak hadis tentang keutamaan Mua’wiyah akan tetapi tidak satupun yang shahih dasi sisi sanad. Dan dengan ini Ibnu Râhawai dan an-Nasa’i serta lainnya menegaskan.” (Baca Fath al-Bâri,14/254-255)

Selain itu, Jalaluddin As-Suyuthi dalam kitab al-La’âli al-Mashnû’ah, menukil penegasan Ishaq ibn Râhawai dengan tanpa sedikit pun mengisyaratkan adanya cacat pada jalur penukilannya. Bahkan penegasan itu ia sebutkan sebagai bukti kebenaran kesimpulan yang ia yakini. (baca al-La’âli al-Mashnû’ah,1/424. Maktabah at-Tijâriyah-Mesir).

Jadi, berhentilah menganggap bahwa Muawiyah itu orang yang dipenuhi dengan keutamaan-keutamaan.

Apakah pemilik blog kerajaan agama itu adalah termasuk orang yang digambarkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal?

إيشْ أقول فيهِما. إنَّ علِيُّا عليه اللسلام كان كثيرَ الأَعداء، فَفَتَّشَ أَعداْؤه لَهُ عيبًا فلَمْ يَجِدُوه، فَجاءُوا إلى رجُلٍ قد حاربَهُ و قاتلَهُ فَأَطروه كيادًا منهم لهُ.

“Apa yang harus aku katakan tentang keduanya? Sesunggguhnya Ali (‘Alaihis Salam) adalah seorang yang banyak musuhnya, maka musuh-musuhnya mencari-cari kesalahannya, namun mereka tidak menemukannya, lalu mereka menuju kepada seorang yang telah memeranginya untuk mereka puji sebagai makar jahat mereka terhadap Ali.” (Baca al-Mawdhû’at; Ibnu al Jawzi,1/335)

Semoga saja, pemilik blog kerajaan agama bukanlah termasuk orang yang membenci Ali bin Abi Thalib dengan memuji-muji Muawiyah.

Karena Rasulullah Saw bersabda:

يا علي لا يحبك إلا مؤمن ولا يبغضك إلا منافق

“Tidak mencintaimu selain orang mukmin dan tidak membencimu selain orang munafik.” (Sunan at-Tirmidzi, jilid 5, hal. 601)

Abu Said Al-Khudri mengatakan: “Kami masyarakat Anshar mengetahui kaum munafik dengan kebencian mereka terhadap Ali.” Sedangkan dalam riwayat Az-Zarandi disebutkan: “Kami tidak mengetahui kaum munafik di zaman Rasulullah Saw kecuali dengan kebencian mereka terhadap Ali.”

Riwayat-riwayat seperti itu terdapat pada Al-Jami’ karya At-Tirmidzi juz 2 halaman 299, Manaqib ibn Abdil Bar dalam kitab al-Isti’ab juz 3 halaman 46, Kitab Al-Jami’ul Kabir sebagaimana terdapat juga dalam kitab Tartibnya As-Suyuthi juz 6 halaman 390, dll.

———–

KLARIFIKASI:

Tulisan yang saya kritik dalam tulisan ini adalah tulisan dari اسوب سوبرييادي yang dipostingkan di weblog Kerajaan Agama.